PPIJ Nagoya presents PPIJ Nagoya Radio yaaayyy!!! Untuk menemani aktivitas pagi kamu sebelum kuliah atau kerja, yuk dengerin isu-isu terupdate dan lagu-lagu hits ala PPIJ Nagoya. Selamat beraktivitas and have a nice day minna-san

Moshi moshi nagoya, PodcastNa Goya, season 01 telah usai. Undur diri untuk kembali. Kali ini, cerita seru para host dalam memandu setiap episode. Yuk dengarkan cerita dibalik layar para host.

Mas Teguh Wahyudi (@tw.sariraya), President Director Sariraya Co.Ltd, berbagi cerita perihal bisnisnya di Jepang. Bermula dari tempe, Sariraya kini menjadi jaringan bisnis besar. Jiwa bisnisnya dimulai dan diasah sejak kuliah pertanian di Universitas Brawijaya. Tantangan dari seorang petani untuk menjualkan apelnya, berbuah manis dengan keuntungan yang cukup tinggi. Dengan bisnis dan visi enterpreneurnya, membawa Mas Teguh memperoleh Primaduta Award 2021 dari Kementerian Perdagangan RI. Ada prinsip kuat yang dijelaskan dalam podcast kali ini, ia ingin mencetak generai pemenang yang memiliki jiwa entrepreneur tinggi. Jadilah manusia yang mandiri yang dapat membantu orang lain.

dr. Lady M.F. Sirait,MSc (@dokterladysirait), ASN Pemprov.DKI Jakarta, mendapatkan kesempatan untuk sekolah lagi di Nagoya University. Keinginan dan kemauannya untuk kuliah keluar negeri mengharuskannya berjuang mencari beasiswa yang hanya teruntuk pegawai negeri. Tak mudah dalam mencari peluang dan memutuskan untuk terus mencari dan berusaha sekolah lagi. Prosesnya? Ia ceritakan selengkapnya di podcast ini.

Hafiyanda Razan (ig: @hafiyandarazan), Jebolan ITB, mengejar mimpinya untuk bekerja di perusahaan mainan Jepang, mengantarkannya ke Nagoya. Ternyata, nasibnya malah meneruskan S2 di Nagoya Institute of Technology. Demi menghemat listrik dan biaya hidup semasa kuliah, rela hidup di Laboratoriumnya. Disanalah, cerita horornya bermula. Kedepan, ia berharap punya pabrik mainan di Indonesia. Selengkapnya, simak ceritanya di sini.

Raissa Medea Alunjani (ig: @19raissa), Mahasiswi Ekonomi Nagoya University, peserta program G30. Sejak SMA sudah tahu apa yang diinginkan untuk mengejar pendidikan di luar negeri. Sebagi anak pertama, dukungan orangtua semakin meneguhkan tekadnya untuk terus berusaha dan berani hidup di negeri Sakura. Pemilik hobi masak dan musik ini terus mengembangkan keilmuannya di bidang ekonomi dengan terus mencari peluang bisnis di Jepang. Setidaknya, Raissa tahu apa yang dimau, dicoba, dikejar dan dimenangkannya.

Marlisa Ayu Trisia (ig: @ayuma298), seorang Post Doctoral, jebolan UGM dan Jepang, bekerja di Nagoya University hingga berjodoh dengan pemuda Spanyol. Pada podcast kali ini, dia menceritakan perjuangannya selama menempuh post doctoral dan menemukan jodohnya. Tak lupa, dia memberikan banyak tips dalam membina hubungan/relasi internasional dalam dunia pendidikan dan perjodohan.

R. El Amanda de Yurie Arrafajr Suryadimulya (ig: @yurikomagane10), PhD Student di Nagoya University, bercerita perjalanan pendidikan hingga sekarang kuliah sambil berkeluarga atau berkeluarga sambil kuliah?. Pengalaman proses bersalin di Jepang diceritakannya dengan lugas dalam podcast kali ini. Simak selengkapnya, cerita dari wanita Sunda di Nagoya.

Muhammad Gilang Ramadhan (ig: momonosuke14045), jebolan Unpad yang merantau ke Jepang, akhirnya bertemu pujaan hati, menikah dan berkeluarga di Nagoya, Jepang. Pada podcast kali ini, Kang Gilang menceritakan bagaimana perjuangan hidupnya memulai di Jepang dan seabrek pengalamannya. Setidaknya, ketika meniatkan diri untuk berani hidup di Jepang maka persiapkanlah diri dan banyak bergaul, jangan menutup diri.

Giovanni Muhammad Raditya (ig: @MradityaG), Mahasiswa Automotive Engineering Nagoya University, bercerita bagaimana perjuangannya sejak SMA untuk kuliah di luar negeri. Keseriusannya dalam mencari beasiswa untuk kuliah di luar negeri, mengantarkannya meraih basiswa dari pemerintah Jepang. Setiap ada kesempatan, selalu diambil dan berani dicoba. Dukungan lingkungan dan teman yang bisa saling berbagi dalam belajar, menjadi salah satu kunci suksesnya. Apapun hasilnya, tetap semangat dan selalu bersyukur.

Mengenal lebih dekat Pak Andi, Atase Pertahanan kita di Jepang. Kolonel Andi Nur Abadi, S.T., M.M., Atase Pertahanan KBRI Tokyo, bercerita terkait pengalaman kerjanya hingga menjadi Atase. Kol. Andi ingin kedepannya ada peningkatan kerjasama yang baik antara Jepang dan Indonesia. Pesannya, bagi WNI yang ada di Jepang untuk selalu jaga kesehatan dan kekompakan. Jangan sungkan untuk saling membantu antar sesama dan bila ada masalah tak terselesaikan agar bisa hubungi KBRI. Bagi pemuda WNI yang ingin ke Jepang baik untuk sekolah ataupun kerja, siapkanlah diri sebaik mungkin termasuk bahasa dan mempelajari budayanya, agar bisa segera adaptasi dan tidak melanggar aturan negara setempat.

Dante Poelman (ig: @plm.dnt), mahasiswa Chukyo University, yang sedang mengambil jurusan Bahasa Inggris dan Perancis di Jepang.  Banyak pelajar Indonesia yang ingin belajar ke Jepang namun ada ketakutan dengan ketidakmampuan bahasa Jepang. Kali ini, Dante (Anak Jakarta) menceritakan bagaimana pengalamannya pindah ke Jepang sejak kelas 3 SMP.

Fathia Damri Said (Ig: @fath.ia), seorang Guru Fisika yang berhasil mengenyam pendidikan di Jepang setelah tiga kali mencoba. Sambil berjuang menyelesaikan pendidikannya, dia sangat menikmati hidup, belajar dan jalan-jalan di Jepang. Dengan daftar banyak tempat yang harus dikunjungi, sambil menulis penelitiannya, dia tetap bisa memenuhi target plesiran, bahkan lebih. Banyak tips hidup hemat dan manajemen waktu yang diceritakannya dalam podcast kali ini.

Didik H. Utomo, seorang peneliti dan wirausahawan muda yang sedang menempuh Program Doktoral di Nagoya University berbagi kisah menggapai impian menjadi peneliti. Setiap mendapatkan tantangan adalah kenikmatan baru baginya, agar selalu bisa keluar dari zona nyaman. Tekadnya sejak kecil untuk menjadi peneliti telah mendedikasi hidupnya untuk dunia penelitian, puluhan paper ilmiah telah dipubilkasikan dengan satu paten terkait diabetes. Kemampuan bahasa Jepangnya bukan penghalang untuk berjuang dan belajar di Negeri Sakura.

Mas Harry Aginta (ig: @harryaginta), mahasiswa doktoral di GSID, Nagoya University telah memulai kebiasaan menulisnya sejak tahun 2013. Sebagai penggemar band Dewa19, Mas Harry mengibaratkan memulai dan terlatih menulis opini itu seperti lirik Risalah Hati, "Beri sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa". Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menulis opini yaitu tema/topik, data dan usulan original. Ternyata, setiap tulisan yang dipublikasikan di media, mendapatkan bayaran, yang dianggap sebagai bonus dalam menjaga motivasi dalam menulis opini. Yuk, budayakan literasi dan menulis.

Mas Miftakhul Huda (ig: abah.huda.jp), seorang Asisten Professor di Nagoya University, sejak tahun 2005 merantau ke negeri Sakura demi sebuah cita-cita, menjadi Professor. Study hard, work hard and play hard membawanya kepada cita-citanya. Kisah belajar, berkeluarga dan bagaimana ketika mengalami tsunami 2011 diceritakannya dalam podcast kali ini. Tak lupa nasihatnya bagi para jomblo bahwa tak ada manusia yang sempurna, maka jangan pernah memilih dan mencari yang sempurna.

Aji AbdulGhoni yang biasa dipanggil Aji (ig: @ajighoni) ini memberanikan diri untuk berangkat ke Jepang selepas lulus dari SMK. Berbekal tekad yang kuat untuk meraih masa depan di Jepang, ikut sekolah bahasa sambil bekerja arubaito (part time). Akhirnya, setelah 6 tahun merantau di Nagoya, bulan Maret 2022 resmi menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Tak lama dari kelulusan langsung mendapatkan kerja.

Mas Ariza Fuadi (ig: @arizafuadi), dosen Ekonomi Undip, yang sedang menempuh program doktoral di GSID, Nagoya University, menceritakan kisah perjuangannya dalam menempuh pendidikan di luar negeri. Banyak orang hanya melihat keberhasilan, namun tak sedikit yang mau belajar prosesnya yang penuh dengan kegagalan dan penolakan. Disinilah pentingnya konsistensi dan lingkungan yang mendukung. Hindarilah teman dan lingkungan yang toxic demi meraih keberhasilan.

Kiki Azzam, mahasiswa di Nagoya yang sedang meneliti ikan ternyata tidak suka ikan mentah. Mayoritas penduduk di Jepang sangat suka makan ikan mentah yang segar. Episode pertama ini akan mengulik sudut pandang Mas Azzam dalam berjuang hidup di Nagoya dan pengalaman serunya selama di Nagoya, Jepang. Keberanian Mas Azzam dalam memutuskan untuk meneruskan studinya di Nagoya menjadi inspirasi, meskipun kita terbayas dengan bahasa, setidaknya bisa hidup nyaman di Jepang. Dari pengelaman Mas Azzam, cukup dua kata yang dihafal yaitu Sumimasen (bisa berati permisi, maaf, terimakasih) dan arigatoo (terimakasih), sudah bisa hidup di Jepang?.